Rabu, 14 Mei 2025

Rony Sianturi.

Ronaldus Parasian Sianturi (lahir 3 September 1965) adalah pemeran dan penyanyi Indonesia. Namanya dikenal berkat bergabung dengan grup idola Trio Libels dan menyanyi lagu "Melangkah di Atas Awan".

Karier akting

Nama Ronnie populer sebagai pembawa acara kuis Piramida yang ditayangkan di RCTI. Ronnie juga bermain di sinetron dan layar lebar, seperti perannya sebagai Rudy dalam serial Serat-Serat Kehidupan, dan perannya sebagai Indra dalam serial Melangkah di Atas Awan.

Karier musik

Ronnie mengawali kariernya pada usia tujuhbelas tahun, dengan membentuk grup idola Trio Libels bersama Edwin Manansang dan Yanni Djunaedi pada tahun 1983, sebelum akhirnya menyanyi solo. Namanya mulai dikenal ketika menyanyi lagu "Melangkah di Atas Awan" ciptaan Dwiki Dharmawan dan Eddy D. Iskandar pada tahun 1997.

Film

Tahun Judul Peran Catatan
1993 Kembali Lagi 

Televisi

Peran non-akting
Tahun Judul Peran Catatan
1997—1998 Romi dan Yuli: A Love Story Penulis lagu tema 
1997—1998 Melangkah di Atas Awan Pengisi lagu tema 
2000 Merah, Hitam Cinta Pengisi lagu tema 

Peran akting dan acara televisi
Tahun Judul Peran Catatan
1994 Kuis Piramida Presenter 
1996—1997 Si Doel Anak Sekolahan Anto Musim ketiga
1996 Mentari di Balik Awan Willy 
1997 Saat Aku Mencintaimu Jodi 
1997—1998 Melangkah di Atas Awan Indra/Yudi 
Serpihan Mutiara Retak Arfian (Ian) 
1998 Serat-Serat Kehidupan Rudy 
2001 Andini: Demi Cinta Tony 
2003 Satu Lelaki dan Tiga Hantu Cantik Adam Film televisi
2006 OB (Office Boy) Petugas pintu masuk 
2007 Dirinya sendiri

Singel

Sebagai penyanyi utama
Tahun Judul lagu Album Catatan Ref.
1997 "Melangkah di Atas Awan" Singel non-album [3]
2023 "Salahkah Aku Terlalu Mencintaimu?" 
Album

Album studio

Tahun Judul Ref.
1994 Sudikah Kamu? 
2000 Ronnie 
2001 Bintang Keabadian 
2007 Dia Selalu Ada 

EP
Tahun Judul Album EP Catatan Ref.
1992 "Kau dan Aku" Kau dan Aku bersama Atiek CB 
"Edan"
"Benar-Benar Cinta"
"Berdua"

Selasa, 13 Mei 2025

Legenda Dangdut Indonesia: Jejak Langkah Para Penyanyi Berbakat

Musik dangdut, genre musik yang begitu lekat dengan identitas Indonesia, telah melahirkan banyak penyanyi berbakat sepanjang sejarahnya.  Dari era emas hingga era modern, para penyanyi ini telah memberikan kontribusi besar dalam memperkaya khazanah musik Tanah Air.  Artikel ini akan mengupas sekilas perjalanan karier beberapa legenda dangdut Indonesia yang telah menghiasi panggung musik dan meninggalkan jejak abadi.
 
Ellya Khadam.
 
Siti Alya Husnah, atau yang lebih dikenal dengan Ellya Khadam, lahir pada 23 Oktober 1928.  Perjalanan hidupnya penuh lika-liku. Menikah muda di usia 14 tahun dan bercerai kemudian, Ellya mengejar impiannya menjadi penyanyi meski mendapat tentangan keluarga.  Dengan tekun belajar dari penyanyi Melayu Deli, Dian Seruni, ia memulai kariernya dari panggung-panggung kecil.  Puncak kariernya diawali dengan lagu yang dia ciptakan "Boneka India" pada 1957. Lagu ini menjadi tonggak penting dalam perkembangan dangdut, dengan perpaduan unik antara musik Melayu dan India.  Keberhasilannya bersama Orkes Sinar Muda dan kolaborasi dengan tokoh musik Melayu seperti Husein Bawafie dan Adi Karso semakin memperkuat posisinya di industri musik.  Lagu-lagu lain seperti "Kau Pergi Tanpa Pesan" dan "Beban Kasih Asmara" juga turut memperkaya khasanah musik dangdut.  Ellya Khadam meninggal pada 2 November 2009 karena penyakit diabetes, namun warisannya dalam musik dangdut tetap dikenang hingga kini.
 
Rhoma Irama: Raja Dangdut yang Tak Tergantikan
 
Haji Oma Irama, atau Rhoma Irama, lahir pada 11 Desember 1946.  Lebih dari sekadar penyanyi, ia adalah ikon dan maestro dangdut Indonesia yang tak tergantikan.  Gelar "Raja Dangdut" disematkan kepadanya bukan tanpa alasan.  Lagu-lagunya yang bertema religi, cinta, dan sosial, telah menghipnotis berbagai generasi.  Ia juga dikenal sebagai pendiri grup musik Soneta dan seorang aktor film.  Kontribusi Rhoma Irama terhadap perkembangan dangdut begitu besar, melampaui batasan musik dan menyentuh aspek sosial budaya.
 
Merry Andani: Vokal Memukau yang Menggetarkan Hati
 
Mariam Syarifah, atau Merry Andani, lahir pada 1 November 1969 di Bandung.  Ia dikenal berkat lagu-lagu hits seperti "Dinding Pemisah" dan "Daun Kering Bersemi Lagi."  Kualitas vokal yang luar biasa dan lagu-lagu yang menyentuh hati menjadikan Merry Andani sebagai salah satu penyanyi dangdut legendaris Indonesia.
 
Mega Mustika:  Kehadiran yang Mempesona
 
Mega Dewi, atau Mega Mustika, lahir pada 23 Juni 1973.  Album debutnya, "Hitam Bukan Putih," langsung memikat pendengar dan menjadikannya dikenal luas.  Album-album selanjutnya seperti "Bukan yang Pertama" (1989) dan "Kau Asing di Mataku" (1991) semakin mengukuhkan namanya di industri musik dangdut.
 
Abiem Ngesti: Bintang yang Terlalu Cepat Padam
 
Abiem Ngesti, lahir pada 30 Oktober 1978 di Jepara, Jawa Tengah.  Ia memulai kariernya sejak usia muda dan langsung mencuri perhatian lewat album "Pangeran Dangdut."  Puncak kariernya ditandai dengan lagu "Gadis Baliku."  Sayangnya,  Abiem meninggal dunia pada 19 Agustus 1995 dalam sebuah kecelakaan tragis di usia 16 tahun, meninggalkan duka mendalam bagi industri musik Indonesia.
 
Lina Sylvia:  Fenomena "Sepondok Dua Cinta"
 
Lina Sylvia, lahir pada 19 Mei 1968,  menghiasi panggung dangdut Indonesia pada era 1990-an.  Lagu "Sepondok Dua Cinta" ciptaan Asmin Cayder, yang diaransemen oleh Harry B. dan dirilis oleh Mahkota Records, menjadikannya penyanyi pendatang baru yang langsung melejit.  Lagu ini menjadi hits besar dan sering diputar di berbagai radio di Indonesia.
 
Para penyanyi di atas hanyalah sebagian kecil dari banyaknya legenda dangdut Indonesia.  Mereka telah memberikan kontribusi yang tak ternilai bagi perkembangan musik dangdut dan akan selalu dikenang sebagai bagian penting dari sejarah musik Indonesia.


Made Gunawan: Penyanyi Pop Bali dari Kintamani.

Made Gunawan adalah seorang penyanyi pop Bali kelahiran Blantih Kintamani, Lahir pada 12 Oktober 1997, penyanyi muda berbakat ini telah berhasil mencuri perhatian publik berkat lagu hits-nya, "Saup Sangkol."
 
Lagu "Saup Sangkol," yang dirilis pada 23 Oktober 2023 di kanal YouTube Dewata Record, bukan hanya sekedar lagu populer.  Ia menjadi representasi dari semangat muda Bali yang dipadukan dengan sentuhan musik pop yang segar dan kekinian.  Keberhasilan "Saup Sangkol"  menunjukkan potensi besar Made Gunawan dalam menyatukan unsur tradisional Bali dengan aransemen musik modern.  Liriknya yang puitis, diiringi melodi yang catchy, membuat lagu ini mudah diingat dan dinikmati oleh berbagai kalangan.
 
Kesuksesan "Saup Sangkol" di YouTube juga menandakan kekuatan platform digital dalam mengangkat talenta musik lokal. Dewata Record, sebagai label yang mendukung Made Gunawan, patut diapresiasi atas peran pentingnya dalam memperkenalkan penyanyi berbakat ini kepada khalayak yang lebih luas.  Kehadiran Dewata Record dalam menaungi Made Gunawan menunjukkan komitmen mereka dalam mengembangkan industri musik Bali dan memberikan wadah bagi para seniman muda untuk berkarya.
 
Meskipun masih terbilang baru di industri musik, Made Gunawan telah menunjukkan potensi yang luar biasa.  "Saup Sangkol" menjadi bukti nyata bahwa musik Bali mampu bersaing dan diterima di masyarakat. Dengan bakat dan dukungan yang tepat,  Made Gunawan berpotensi menjadi salah satu bintang musik Bali yang bersinar di masa depan.  Kita patut menantikan karya-karya selanjutnya dari penyanyi muda berbakat ini dan berharap ia terus berkarya untuk mengharumkan nama musik Bali.



Yulia Yasmin: Penyanyi Pop Mandarin Indonesia.

Yulia Yasmin, nama yang mungkin kurang familiar bagi generasi muda, namun menyimpan kenangan manis bagi penikmat musik Indonesia era 70-an. Lahir di Jakarta pada 20 Desember 1954, Yulia Yasmin adalah salah satu pionir penyanyi pop Mandarin Indonesia yang berhasil menorehkan jejaknya di industri musik Tanah Air. Suaranya yang merdu dan lagu-lagu Mandarin yang dibawakannya dengan penuh perasaan, menjadikannya sosok yang diidolakan di masanya.
 
Perjalanan karier Yulia Yasmin dimulai dengan perilisan album perdananya, "Merana," pada tahun 1975. Album ini, yang diproduksi oleh ML Record dan bekerjasama dengan Virgo Ramayana, menandai debutnya yang cukup signifikan di industri musik. peluncuran album ini membuktikan keberanian dan visinya untuk memperkenalkan musik Mandarin kepada pasar Indonesia yang lebih luas. Yulia Yasmin patut diapresiasi sebagai upaya pelopor dalam memperkaya khazanah musik Indonesia.
 
Sayangnya, informasi tentang karier Yulia Yasmin setelah album "Merana" masih terbatas. Riset lebih lanjut diperlukan untuk mengungkap lebih banyak detail tentang perjalanan musiknya, termasuk album-album selanjutnya, kolaborasi, dan pengaruhnya terhadap perkembangan musik pop Mandarin di Indonesia. Namun, kontribusi Yulia Yasmin sebagai salah satu penyanyi pop Mandarin Indonesia pertama tidak dapat diabaikan. Ia telah membuka jalan bagi para penyanyi Mandarin selanjutnya dan memperkaya keragaman musik Indonesia.
 
Kisah Yulia Yasmin mengingatkan kita akan pentingnya menggali dan melestarikan sejarah musik Indonesia. Dengan mempelajari perjalanan karier para musisi seperti Yulia Yasmin, kita dapat lebih menghargai kekayaan dan keragaman budaya musik di negara kita. Semoga penelitian lebih lanjut dapat mengungkap lebih banyak informasi tentang perjalanan kariernya yang inspiratif ini.


Jumat, 09 Mei 2025

Yopie Latul: Sang Legenda Poco-Poco yang Abadi

Yopie Latul, nama yang tak asing di telinga penikmat musik Indonesia, Lahir di Ambon pada 7 September 1955, ia mewarnai industri musik Tanah Air dengan genre musik yang beragam, mulai dari hip hop, house, pop etnik, musik dansa, hingga funk dan soul.  Keunikannya ini membedakannya dari banyak musisi pada zamannya.
 
Puncak popularitasnya diraih lewat penampilannya yang memukau di Festival Lagu Populer Indonesia 1987.  Membawakan lagu emosional "Kembalikan Baliku" karya Guruh Soekarnoputra bersama paduan suara Swara Mahardhika, Yopie berhasil memikat hati para pencinta musik.
 
Namun, namanya akan selalu diingat berkat "Poco-Poco," sebuah mahakarya yang dirilis pada tahun 1995.  Lagu ini melampaui batasan sebuah lagu biasa; ia menjelma menjadi ikon budaya populer, mengiringi gerakan senam jutaan orang dan menjadi simbol kebersamaan.  Keberhasilan "Poco-Poco" pun mengukuhkan posisinya di dunia musik Indonesia, dibuktikan dengan penghargaan Anugerah Musik Indonesia 2001 sebagai Penyanyi Dance terbaik.
 
Sepanjang hampir empat dekade berkarya, Yopie Latul aktif menghiasi panggung hiburan Indonesia di bawah naungan berbagai label rekaman ternama seperti JK Records, Pelita Utama, Akurama Records, dan HP Records.  Lebih dari sekadar penyanyi, ia menjadi simbol kegembiraan, semangat, dan keberagaman Indonesia.
 
Pada 9 September 2020, dunia musik Indonesia berduka. Yopie Latul berpulang di Cibinong, Bogor, akibat komplikasi COVID-19, hanya dua hari setelah merayakan ulang tahunnya yang ke-65.  Ia dimakamkan secara kremasi sesuai protokol kesehatan.  Meskipun kepergiannya meninggalkan kesedihan mendalam, suaranya yang meriah dan karya-karyanya yang ikonik akan terus hidup dan dikenang sepanjang masa,  menari di hati para pecinta musik Indonesia.


Kamis, 08 Mei 2025

Evie Tamala: Ratu Dangdut dengan Sentuhan Ketok Magic

Evie Tamala, penyanyi dangdut yang memiliki nama asli Cucu Suryaningsih Lahir di Tasikmalaya pada 23 Juni 1969. Evie Tamala telah menghiasi industri musik Tanah Air selama bertahun-tahun, meninggalkan jejak yang tak terlupakan. Kepopulerannya melejit berkat sejumlah lagu hits yang begitu fenomenal.  "Selamat Malam," dengan liriknya yang romantis dan mudah diingat, menjadi salah satu lagu andalannya yang hingga kini masih sering dinyanyikan.  Lagu-lagu lain seperti "Cinta Ketok Magic" dan "Dokter Cinta" pun tak kalah populer,  menunjukkan kemampuan Evie Tamala dalam membawakan lagu-lagu dangdut dengan sentuhan unik dan memikat.  Kemampuannya dalam membawakan lagu-lagu tersebut,  dengan suara khasnya yang merdu dan penuh penghayatan, membuat Evie Tamala memiliki tempat tersendiri di hati para penggemarnya.
 
Lebih dari sekadar penyanyi, Evie Tamala menjadi ikon dangdut yang mampu bertahan di tengah persaingan yang ketat.  Ia berhasil mempertahankan eksistensinya dengan terus berinovasi dan menjaga kualitas musiknya.  Dedikasi dan konsistensinya dalam berkarya menjadikan Evie Tamala sebagai salah satu ratu dangdut yang patut diacungi jempol.  Kiprahnya di dunia musik dangdut menjadi inspirasi bagi banyak penyanyi muda,  menunjukkan bahwa kesuksesan dapat diraih dengan kerja keras,  keuletan, dan bakat yang diasah.  Kisah sukses Evie Tamala menjadi bukti nyata bahwa musik dangdut tetap memiliki tempat istimewa di hati masyarakat Indonesia.

Cerpen Senja Nan Damai. Oleh Made Budilana

Senja menyapa, menyisakan semburat jingga yang memudar di ufuk barat.  Bayangan dirinya di dinding kamar tampak tidak muda lagi.  Tiga kali ia membina rumah tangga, tiga kali pula ia merasakan pahitnya perpisahan.  Kini, di usia yang tidak muda lagi, ia hanya menyendiri, ditemani kesunyian yang begitu akrab.  Rumah kecilnya, yang dulu diramaikan gelak tawa sang istri, kini hanya dihuni kesepian.  Ekonomi yang pas-pasan semakin menambah beban di pundaknya.  Tak ada lagi wanita yang meliriknya,  tak ada lagi yang tertarik pada seorang pria tua dengan masa lalu yang berbekas luka.
 
Ia mengingat masa mudanya, penuh semangat dan optimisme.  Pernikahan pertama, penuh gairah dan harapan.  Namun, perbedaan visi dan ketidakmampuan memahami satu sama lain menjadi akar masalah.  Perceraian pertama datang bagai tamparan keras, menyisakan rasa sakit yang mendalam.  Ia mencoba bangkit, mencoba melupakan luka, dan kembali menata hati.
 
Pernikahan kedua hadir dengan janji-janji manis,  dengan harapan yang kembali berkecambah.  Namun, takdir berkata lain.  Konflik yang tak terselesaikan, perbedaan karakter yang tak bisa dikompromikan,  kembali mengantarkannya pada perpisahan.  Kali ini, rasa sakitnya lebih dalam,  lebih perih.  Ia merasa gagal sebagai seorang suami, sebagai seorang pelindung keluarga.
 
Ia mencoba lagi,  dengan penuh keraguan dan ketakutan.  Pernikahan ketiga,  dijalani dengan hati yang penuh luka.  Ia berharap kali ini akan berbeda,  bahwa ia bisa menemukan kebahagiaan yang selama ini dicarinya.  Namun,  takdir kembali menguji kesabarannya.  Perbedaan yang tak terjembatani,  kesalahpahaman yang tak terselesaikan,  kembali mengakhiri ikatan suci tersebut.
 
Kini, ia hanya bisa merenungkan perjalanan hidupnya.  Tiga kali gagal membina rumah tangga,  tiga kali merasakan pahitnya perpisahan.  Ia tak menyalahkan siapa pun,  hanya menyadari bahwa ia mungkin tak ditakdirkan untuk hidup berumah tangga.  Ia belajar menerima kenyataan,  bahwa tak semua yang kita inginkan bisa kita dapatkan.
 
Ia menghabiskan waktu dengan menjalankan hobinya. Ia menemukan kedamaian di tengah kesunyian,  di tengah kesederhanaan hidupnya.   
 
Ia sering duduk di beranda rumahnya,  menikmati semilir angin malam.  Bintang-bintang di langit malam seakan menemani kesunyiannya.  Ia tak lagi memikirkan wanita,  tak lagi memikirkan pernikahan.  Ia menerima takdirnya,  menerima kesendiriannya.  Ia menyadari bahwa kebahagiaan tak selalu datang dari memiliki pasangan hidup.  Kebahagiaan bisa ditemukan di dalam diri sendiri,  di dalam kedamaian hati.  Ia belajar untuk mensyukuri apa yang ia miliki,  meski hidup yang ia jalani sederhana dan jauh dari sempurna.  Ia belajar untuk hidup dengan damai,  dengan penerimaan,  dan dengan rasa syukur.  Senja kembali menyapa,  menandai berakhirnya satu hari lagi dalam hidupnya yang sunyi,  namun damai.  Ia tersenyum,  senyum yang lahir dari kedalaman hati yang telah menemukan kedamaian.  Ia telah belajar,  dari setiap kegagalan,  dari setiap luka,  bahwa hidup adalah sebuah perjalanan panjang,  dan setiap perjalanan,  meski terkadang penuh rintangan,  akan selalu membawa kita pada pelajaran berharga.

Sabtu, 03 Mei 2025

Legenda Musik Indonesia: Perjalanan Karier dan Karya-karya Abadi

Indonesia memiliki kekayaan musik yang luar biasa, diwarnai oleh para seniman berbakat yang telah menghiasi industri musik tanah air selama berpuluh-puluh tahun.  Dari era 70-an hingga 90-an, dan hingga saat ini, nama-nama mereka tetap dikenang dan karya-karyanya terus dinikmati lintas generasi.  Artikel ini akan mengulas beberapa legenda musik Indonesia yang telah memberikan kontribusi besar terhadap perkembangan musik di negara kita.
 
Iwan Fals (Virgiawan Listanto): Suara Rakyat yang Abadi
 
Lahir pada 3 September 1961, Iwan Fals bukanlah sekadar penyanyi, tetapi juga seorang musisi, pencipta lagu, dan kritikus musik yang legendaris.  Musiknya yang sarat akan pesan sosial dan kritik terhadap realita kehidupan masyarakat Indonesia telah mengukuhkan posisinya sebagai ikon musik rakyat.
 
Ebiet G. Ade (Abid Ghoffar Aboe Dja'far): Romansa Alam dan Jiwa
 
Musisi kelahiran Banjarnegara, 21 April 1954 ini, dikenal dengan lagu-lagu bertemakan alam yang begitu puitis dan menyentuh.  Dari "Berita Kepada Kawan" hingga "Titip Rindu Buat Ayah," karya-karya Ebiet G. Ade tetap relevan dan digemari berbagai generasi.  Pernikahannya dengan Yayuk Sugianto dan keempat anaknya turut mewarnai perjalanan hidupnya yang inspiratif.
 
Betharia Sonatha: Ratu Hati yang Luka
 
Lahir pada 14 Desember 1962, Betharia Sonatha tak hanya dikenal sebagai penyanyi, tetapi juga sebagai pemain film.  Lagu "Hati yang Luka," yang populer di era 80-an, menjadi salah satu bukti eksistensinya di dunia musik Indonesia.
 
Nia Lavenia: Melodi Memori yang Abadi
 
Nia Lavenia, lahir 11 November 1973,  menghiasi era 90-an dengan lagu-lagu romantis seperti "Cinta Lahir Batin" dan "Melodi Memori," yang hingga kini masih dikenang para penikmat musik. Ia juga dikenal sebagai aktris dan model.
 
Heidy Diana (Heidy Suwardiana): Bintang yang Bersinar Terang
 
Lahir 9 Juli 1965 di Bandung, Heidy Diana menjadi salah satu penyanyi legendaris Indonesia. Lagu-lagu hitsnya seperti "Bintangku Bintangmu" dan "Dimana Ada Kamu Disitu Ada Aku"  menandai era keemasannya di tahun 80-an.
 
Bob Tutupoly: Legenda Musik dan Hiburan
 
Bob Tutupoly (13 November 1939 - 5 Juli 2022), sosok yang tak tergantikan dalam dunia musik dan hiburan Indonesia.  Lagu-lagu seperti "Widuri," "Lidah Tak Bertulang," dan "Tiada Maaf Bagimu" menjadi bukti karyanya yang abadi.  Kepergiannya meninggalkan duka mendalam bagi industri musik tanah air.
 
Ria Angelina: Birunya Rindu yang Mendalam
 
Lahir 8 September 1965, Ria Angelina memikat pendengar dengan suara merdu dan album debutnya yang sukses, "Birunya Rinduku" (1984).  Darah campuran Jerman dan Jawa  menambah kekayaan warna dalam musiknya.
 
Mel Shandy (Hj. Melinda Susilarini): Ratu Rock Indonesia
 
Mel Shandy (26 September 1971), penyanyi rock asal Bandung,  telah menorehkan sejarah di dunia musik Indonesia, terutama di era 90-an.  Suara khasnya yang melengking berhasil memikat para penggemar musik rock. Lagu-lagunya seperti "Nyanyian Badai," "Ulah Tuan dan Nyonya," dan "Bianglala"  menjadi bukti bakatnya yang luar biasa.
 
Renny Djajoesman (Renny Retno Yuskarini): Rocker Wanita Legendaris
 
Renny Djajoesman (2 Januari 1959), memulai karier sejak 1987, dikenal sebagai rocker wanita yang berani dan nyentrik,  meninggalkan jejak yang tak terlupakan di dunia musik rock Indonesia.
 
Chrisye (Christian Rahadi): Maestro Pop Indonesia
 
Chrisye (16 September 1949 - 2007),  salah satu penyanyi legendaris Indonesia yang sangat berpengaruh. Ia memulai popularitasnya di akhir 1970-an dengan lagu-lagu pop yang merdu dan lirik yang mendalam.
 
Nicky Astria: Ratu Rock Indonesia Era 90-an
 
Nicky Astria (18 Oktober 1967)  menghiasi blantika musik Indonesia dengan lagu-lagu rock yang energik seperti "Jarum Neraka," "Bias Sinar," dan "Kota Tua."
 
Para legenda ini telah memberikan kontribusi besar bagi khazanah musik Indonesia. Karya-karya mereka tidak hanya menghibur, tetapi juga merefleksikan perjalanan sejarah dan budaya bangsa.  Semoga karya-karya mereka akan terus menginspirasi dan dinikmati oleh generasi mendatang.

Daftar Nama-Nama Penyanyi Pop Bali Lawas.

Halo teman-teman, kali ini saya akan membahas kumpulan penyanyi penyanyi pop Bali. Yang pertama adalah Ayu Saraswati. Dia adalah seorang penyanyi pop Bali yang lahir di Denpasar pada tanggal 27 Mei 1979. Dia memulai karirnya sebagai penyanyi pop Bali sejak tahun 1997 di bawah bendera Intan Dewata Record dengan lagunya yang berjudul. Megantung Tanpa Cantel. Kalau di studio Bali Record, dia pernah duet dengan almarhum A.A Made Cakra dalam lagu Tekor Don Biu. Dia juga pernah duet dengan Yan Kirana dalam lagu Mebuung Payu. Pada tahun 2000-an, Ayu Sarasawati mulai bergabung di Aneka Record Tabanan milik almarhum Pak Oka Swetanaya. Di Aneka Record, dia lebih banyak berduet dengan Eka Jaya. Album perdana Ayu Saraswati di Aneka Record adalah Sing Bani Mati. Lagu-lagu Ayu Saraswati yang sangat Hits adalah Sayangang Tiang, Doseke Yen Tiang Tresna, Bayang Bayang Tresna, dan masih banyak lagi yang lainnya.


Penyanyi berikutnya adalah Yan Mus. Ia adalah seorang penyanyi pop Bali yang bernama lengkap Wayan Mustika kelahiran Mengwi, 6 Maret 1973. Ia memulai karirnya di Aneka Record dengan album kompilasi Dagang Kere 1999, Mebalik Kuri 2000, Dagdag Telah Bangkung Mati 2001, Kobleng Dagang Jamu 2002, Tanpa Jiwa 2003, Kena Tilang 2004, Mesaing 2005, Joh Dimata Paek Dihati 2006. Setelah kaset pita berhenti berproduksi, Yan Mus ikut bergabung di yayasan musik yang bernama Crucuk Kuning. Di Crucuk Kuning ia berhasil menelurkan single single yang sangat Hits diantaranya Kurenan Titipan, Semprong Meprada, Ngalih Jalan Pedidi, Sabar Malu dan lain lain.

Kemudian berikutnya adalah Yong Sagita. Yong Sagita adalah penyanyi pop Bali yang bernama lengkap Yong Sagita Swastika kelahiran Gesing Singaraja 30 November 1961. Dengan album pertamanya di Aneka Record duet dengan Sayub yang berjudul Madu Teken Tuba 1985. Lalu disusul dengan album kedua yang berjudul Ngipi Lucut 1986.  Yong Sagita kemudian  pindah rekaman ke Maharani Record. Di Maharani, Yong Sagita menelurkan album pertama Karmina 1987, Ngiler-Ngler 1988, Karmina bagian ketiga 1989 dan lain-lain. Di pertengahan era 2000-an, Aneka Record kembali menerima Yong Sagita. Di sana Yong Sagita menelurkan album Kangen Tan Pegatan.
 
Berikutnya adalah Ngurah Adi.
Ngurah Adi adalah penyanyi pop Bali yang bernama lengkap Gusti Ngurah Adi Yoga kelahiran Mengwi, 7 Mei 1979. Di era 2000-an ia pernah mengeluarkan album yang berjudul"Rindu" Setelah kaset pita berhenti berproduksi, ia memanfaatkan flatform digital untuk merilis lagu lagunya seperti lagu Pejalan Karma dan lain-lain.

Yanik Pering adalah seorang penyanyi pop Bali yang lahir pada tahun 1979 dari desa Pering Gianyar. Yannnik Pering pernah membentuk sebuah grup yang bernama Buduh Inguh pada tahun 2000. Nama-nama personel grup Buduh Inguh diantaranya Tut Tanggu, Yannik Pering, Dayu Asrik, Boby Bodrex, Atik, Tut Nik, dan Detra. Grup Buduh Inguh pertama kali mengeluarkan albumnya di bawah naungan Bali Record pada tahun 2000 dengan judul yang sama dengan nama grupnya yaitu Buduh Inguh. Dalam album Buduh Inguh, Yannik Pering membawakan lagu Anyudang Segara Madu dan Setegeh Langit. 

Lagu-lagu Yannik Pering yang sangat booming pada saat itu adalah Purnama Di Pesisi Lebih, Guru Seksi, dan Kimud Kimudan. Setelah kaset pita berhenti berproduksi, Yannik Pering membuat Channel di Youtube dengan nama Yannik Pering Official di bawah bendera Raka Studio dan Mustika Video sejak pertengahan 2021.

Berikutnya adalah Ketut Bimbo. Dia adalah seorang musisi yang telah lama dikenal di dunia musik khususnya di Bali. Lahir dengan nama Ketut Budiarsa pada tahun 1954 di desa Banyuatis, Buleleng. Ada tiga nama studio rekaman terbesar di Bali yang pernah menjalin kontrak rekaman dengan Ketut Bimbo diantaranya Aneka Record, Bali Record, dan Maharani Record. Semua lagunya sangat booming di pasaran. Tapi yang paling Booming adalah lagu Ngabut Keladi. Selain sebagai penyanyi, dia juga pernah menjadi penyiar radio di stasiun radio Labarong Singaraja. Sayangnya, perjalanan hidup Ketut Bimbo berakhir pada tanggal 29 April 2021. Ia meninggal dunia akibat komplikasi diabetes.


Selanjutnya adalah Ayu Stiati. Anak Agung Ayu Stiati atau yang biasa dipanggil Ayu Stiati adalah seorang penyanyi pop Bali kelahiran Badung pada tanggal 29 Desember 1974. Lagu-lagu Ayu Stiati yang pernah populer di era 2000-an diantaranya: Kadung Sayang, Bengkung, Tembang Kenangan, Lalah Manis, Nyalanang Demen, dan masih banyak lagi yang lainnya. Ayu Stiati juga pernah membentuk grup band yang diberi nama Ayu Stiati N Band pada tahun 2012. Album yang pernah dirilisnya adalah album De Ngorang-Ngorang dan album De Taen Ngalain yang diciptakan oleh Raff 4 WD. Ayu Stiati meninggal dunia pada hari Jumat 31 Mei 2013 akibat komplikasi paru-paru sekitar pukul 18.00 Wita di rumah sakit Balimed.