Industri musik Indonesia diwarnai oleh banyak penyanyi berbakat. Artikel ini akan mengupas perjalanan karier tiga diva Indonesia dari era yang berbeda, Memes, Diana Nasution, dan Iis Sugianto, yang masing-masing memiliki kontribusi signifikan dalam sejarah musik Tanah Air.
Memes: Dari Model hingga penyanyi Hits Era 90-an
Meidyana Maimunah, atau Memes, lahir pada 6 Mei 1965. Sebelum menjadi penyanyi terkenal, ia memulai karier sebagai model sejak usia 15 tahun, menghiasi sampul majalah ternama seperti Femina, Kartini, dan Gadis. Minatnya di bidang seni tak hanya terbatas pada modeling; ia juga aktif bernyanyi dan menari sejak kecil. Pengalamannya sebagai backing vokal untuk musisi kenamaan seperti Guruh Soekarnoputra, Vina Panduwinata, Tito Sumarsono, dan KLa Project, serta menyanyikan jingle iklan, mengasah kemampuan vokalnya. Prestasi sebagai Juara II Wajah Femina pada tahun 1987 semakin memperkuat posisinya di dunia hiburan. Puncak kariernya sebagai penyanyi dimulai pada tahun 1994 dengan album pertamanya, Terlanjur Sayang, yang sukses besar dan menjadikan lagu andalannya sebagai lagu paling sering diputar di radio pada tahun 1995 menurut YKCI.
Diana Nasution: "Benci Tapi Rindu"
Diana Nasution, lahir di Medan pada 5 April 1958 dan meninggal pada 4 Oktober 2013, adalah penyanyi kenangan yang memulai kariernya pada tahun 1970-an. Bersama kakaknya, Rita Nasution, mereka membentuk grup Nasution Sisters yang sangat populer. Namun, namanya melejit berkat lagu "Benci Tapi Rindu" ciptaan Rinto Harahap. Popularitas lagu ini begitu besar hingga diangkat menjadi film pada tahun 1979. Lagu yang dirilis pada tahun 1978-1980 di bawah label Lolypop Record ini juga diproduksi dalam bentuk piringan hitam, menjadi bukti kejayaannya di masanya.
Iis Sugianto: Ratu Melankolis Era 80-an
Iis Sugianto, lahir di Jakarta pada 17 November 1961, adalah salah satu penyanyi melankolis paling populer di awal tahun 1980-an. Meskipun awalnya bukan penyanyi melankolis, debutnya di TVRI pada 12 April 1978 dengan lagu "Selangkah Ke Seberang" belum membawanya ke puncak popularitas. Namun, setelah menyanyikan lagu-lagu ciptaan Rinto Harahap, namanya langsung melambung. Album-albumnya seperti Jangan Sakiti Hatinya, Nasibmu Nasibku, Seindah Rembulan, dan lainnya, terjual jutaan kopi, menjadikan Iis Sugianto sebagai ikon penyanyi wanita era 80-an.
Ketiga penyanyi ini mewakili era musik yang berbeda, namun kesamaan mereka adalah dedikasi dan bakat luar biasa yang telah memberikan kontribusi berharga bagi kekayaan musik Indonesia. Mereka adalah legenda yang karya-karyanya tetap dikenang hingga saat ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar