Senin, 01 Juli 2019

Lagu Bali Dari Era Berirama Mandarin Sampai Era Koplo Ukulele..

Belakangan ini banyak sekali musisi yang mengeluh karena jarang mendapatkan Job manggung. Bahkan pihak hotel di Bali pun setiap punya acara, jarang mengundang musisi Bali untuk mengisi acaranya. Begitu juga setiap ada acara perkawinan di Bali, mereka lebih memilih mengundang musisi dangdut koplo dibandingkan dengan musisi pop Bali. Ketika dilanda masalah tersebut, musisi Bali jadi bertanya-tanya dalam hati. Apakah karena tarif manggungnya mahal hingga orang-orang tidak mau mengundangnya atau karena ada hal lain? Padahal tarif manggung musisi pop Bali bisa dibilang terjangkau dan tidak begitu mahal.
     
Setelah saya konfirmasi ke pihak hotel, ternyata ada beberapa alasan yang membuat pihak hotel tidak mau mengundang musisi pop Bali bahkan stasiun radio tidak mau menyimpan lagu mereka di playlist komputernya. Untuk mengetahui alasannya, silahkan simak ulasan berikut ini. Alasan pertama, ada sebagian musisi Bali yang sepertinya kehabisan ide dalam membuat lagu. Contohnya grup Band sekarang tampaknya Maniak membuat lagu yang bertema Punyah. Kesannya seperti mengajak pendengar untuk ikut Mamunyah.
              
Alasan kedua, lagu Bali tidak memiliki ciri khas. Hal tersebut menandakan bahwa karakter orang Bali memiliki sifat suka meniru. Dulu pada saat lagu Mandarin sedang Booming di Indonesia, musisi Bali ramai-ramai menciptakan lagu-lagu bernuansa Mandarin. Sehingga lagu pop Bali itu identik dengan lagu Mandarin. Sekarang lagu koplo Ukulele sedang Booming, musisi Bali pun ikut membuat lagu koplo Ukulele. Alasan ketiga, terkadang ada sebagian musisi yang malas menciptakan lagu. Akhirnya supaya gampang kemudian memilih jalan mengcover lagu. Itulah tanggapan-tanggapan dari berbagai pihak hotel. Lalu bagaimana dengan tanggapan seorang Master Director di sebuah stasiun radio, silahkan simak komentarnya.
           
Kalau  lagu yang memiliki lirik cabul dan kata-kata kasar beredar di internet, masih bisa dimaklumi. Karena internet merupakan dunia maya yang tidak memiliki lembaga lulus sensor. Lalu bagaimana dengan lagu yang tidak layak disiarkan di radio yang notabene memilki lembaga persensoran seperti Master Director meluluskan lagu tersebut?" kata salah seorang MD atau master director di sebuah stasiun radio. Contohnya seperti lagu yang beredar belakangan ini ada sebagian lagu yang menyelipkan kata-kata kasar dan kata umpatan khas Buleleng dan menceritakan tentang kebiasaan orang Buleleng yang terkesan kasar, sempat saya dengar dalam media. 

Padahal tidak semua orang Buleleng itu kata katanya  kasar-kasar. Karena masih banyak orang Buleleng yang memiliki etika yang bagus. Dan alasan lain kenapa Master Director di sebuah stasiun radio terutama di Bali tidak mau menerima beberapa lagu pop Bali? Alasannya adalah memiliki lirik cabul.
Makanya salah seorang penyiar radio RPKD pernah bercerita kepada saya bahwa dia pernah menolak lagu dari salah seorang penyanyi karena syairnya porno. Sementara salah seorang penyiar yang bertugas di salah satu stasiun radio di Singaraja juga tidak mau memasukkan lagu cabul dan porno di Playlist radio tersebut. Alasannya sama yaitu liriknya terlalu vulgar.
           

Tidak ada komentar: